Wanita
cantik memang banyak, tapi jarang yang molek pula akhlaknya. Ibarat
bunga yang indah, tapi tak wangi. Oleh karena itu, dapatkahlah
kecantikan sejati. Kencatikan berupa wajah hati dan rupa budi yang
menawan. Ingat bahwa kecantikan itu memancar dari dalam ke luar. Bukan
sebaliknya. Sehingga, tanamilah hati dengan keimanan dan kebenaran (al-haq), yang dilandasi ilmu yang benar (shahih).
Kemudian, hiasilah dengan perbuatan (akhlak) yang baik, sebagai buah
dari suburnya hati dan berseminya tunas iman. Wajah, perilaku dan
kepribadian kita akan nampik cantik sekali. Pesona kecantikan yang
sesungguhnya, bukan pesona semu yang kasat mata. Bahkan, biar rupa tak
jelita, tapi perangainya istimewa.
Untuk
membiasakan diri dengan akhlak yang baik dan santun, kadangkala
diperlukan latihan yang “keras”. Latihan yang dimaksud adalah dengan
menggembleng jiwa dan raga kita kepada perbuatan-perbuatan yang bisa
mendatangkan sifat dan akhlak yang dimaksudkan. Siapa yang ingin
memiliki sifat dermawan dan murah hati, maka dia harus memaksa dirinya
untuk berkorban. Siapa yang ingin memiliki hati yang lembut, sabar dan
penyayang, maka dia harus memaksa lisannya untuk tidak berkata kasar dan
keji, mendidik jiwanya untuk menahan amarah dan lapang dada, serta
menghindarkan hatinya dari iri, dengki, jahat dan keras hati. Begitu
pula dengan sifat-sifat terpuji lainnya. Hingga ia terbiasa dengan
akhlak karimah (mulia) tersebut dan mengikis habis sifat-sifat buruk miliknya.
Kebiasaan
itu akan membawa efek yang sangat besar bagi perubahan tabiat. Bukanlah
biasa itu karena biasa, baik terpaksa maupun dipaksa? Sebagaimana
prajurit yang dilatih dengan disiplin dan latihan keras, ia akan menjadi
sosok yang tangguh dan tidak bermalas-malasan. Tapi harus diingat,
hasil pembiasaan ini tidak bisa diperoleh hanya dalam sehari dua hari
atau tempo yang singkat. Pengaruhnya akan nampak jika latihan dilakukan
secara kontinu dan berkesinambungan.
Untuk
mendapatkan kebagusan akhlak, hendaknya kita selalu memohon kepada
Allah, sebagaimana yang dipanjatkan oleh Nabi SAW, pemilik akhlak yang
agung. “Dan berilah hidayah kepadaku agar baik akhlakku. Tak ada yang mampu memberi hidayah untuk memperbaikinya kecuali Engkau” (HR. Al-Haitsami dan Abu Ya’la).
Satu hal yang wajib kita ingat, bahwa kebaikan dan kesucian diri tidak lepas dari taufik Allah SWT. “Aku
tidak bermaksud kecuali (melakukan) perbaikan selama aku masih
berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan
(pertolongan) Allah” (QS. Huud: 88).
Yang
pasti, apa yang kit alakukan bukan karena kemampuan kita semata. Karena
seluruh kemudahan dan kemampuan yang ada adalah karunia Allah. Semua
karena Allah. Tidak ada kemudahan kecuali Allah. Semua karena Allah.
Tidak ada kemudahan kecuali yang ia mudahkan dan takkan ada kesulitan
jika ia menjadikannya mudah. La quwwata illa billah.
“Wahai Zat Yang Maha Hidup, Wahai Zat yang terus-menerus mengatur
hamba-Nya, dengan rahmat-Mu aku memohon perlindungan, dan perbaikilah
seluruh keadaanku, serta janganlah Engkau (menjadikan) aku bersandar
pada diriku, sekejab matapun” (Silsilah Al-Hadits Ash-Shahihah, No. 27)source : http://wulandarialzura.blogspot.com/2012/06/menjadi-muslimah-cantik-luar-dalam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar