Kamis, 30 Juli 2015

Tak Rugi

Tak rugi menjadi orang yang suka menahan lisan dan tulisannya untuk membicarakan kekurangan orang lain, sebab sesungguhnya dia telah meringankan tugas mulut dan tangan ketika datang hari penghisaban. . . Tak rugi orang yang tak punyai hobi menggibahi, karena dia sadar bahwa dirinya tak lebih baik dari siapapun yang menapakkan kaki dibumi. . . Tak rugi orang yang menggantikan menjawab berita yang tak bertuan [gosip] dengan secarik senyuman, sebab dia telah berusaha menjadi bijaksana dengan menghentikan fitnah hanya sampai pada telinganya, tak meneruskan untuk hinggap pada telinga saudara saudarinya yang lain. . . Tak rugi menjadi orang yang punya hati untuk menyakiti, sebab dia mengerti bahwa disakiti mempunyai peluang meninggalkan luka dan lubang mendalam yang mungkin takkan bisa tertambal dengan alat apapun. . . Dan bila kita sadar bahwa ghibah, gosip, fitnah dan teman-temannya itu lebih berbahaya dibanding senjata, lebih kejam daripada pembunuhan, maka percayalah, takkan ada manusia yang ingin mengorbankan dirinya menjadi budak hawa nafsu atas mulutnya. . . Maka berlindunglah pada Allah dari keburukan-burukan besar, dosa-dosa akbar, khilaf-khilaf mega, yang senantiasa menjadi jalan masuknya penyakit-penyakit hati. . . #GoodNite #HaveAGoodSleep Semoga besok pagi kita masih Allah beri kesempatan untuk memperbaiki diri [hidup]. Aamiin. . . Salam, @kinantisetiawan

Lidah adalah Amanah

Kualitas diri seseorang bisa diukur dari kemampuannya menjaga lidah. Orang-orang beriman tentu akan berhati-hati dalam menggunakan lidahnya. "Wahai orang-orang beriman takutlah kalian pada Allah dan berkatalah dengan kata-kata yang benar." (QS Al-Ahzab:70). Sementara itu, Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata baik atau diam". (HR Bukhari-Muslim).

Rasulullah adalah figur teladan yang sangat menjaga kata-katanya. Beliau berbicara, beruap, berdialog, juga berkhutbah di hadapan jamaah dengan akhlak. Demikian tinggi akhlak beliau hingga disebutkan bahwa kualitas akhlak beliau adalah Al-Quran. Mulut manusia itu seperti moncong teko. Moncong teko hanya mengeluarkan isi teko. Kalau ingin tahu isi teko, cukup lihat dari apa yang keluar dari moncong itu. Begitu pun jika kita ingin mengetahui kualitas diri seseorang, lihat saja dari apa yang sering dikeluarkan oleh mulutnya.

Nabi Muhammad saw termasuk orang yang sangat jarang berbicara. Namun, sekalinya berbicara, isi pembicaraannya bisa dipastikan kebenarannya. Bobot ucapan Rasulullah sangat tinggi, seolah tiap kata yang terucap adalah butir-butir mutiara yang cemerlang. Indah, berharga, bermutu, dan monumental. Ucapan Rasulullah saw menembus hati, menggugah kesadaran, menghujam dalam jiwa, dan mengubah perilaku orang (atas izin Allah). Bukan saja karena lisan Rasulullah dibimbing Allah dan posisinya sebagai penyampai wahyu, di mana ucapan-ucapan darinya menjadi dasar hukum. Lebih dari itu, Rasulullah sejak kecil sudah dikenal sebagai Al-Amin, tidak pernah berkata dusta walau sekali saja. Investasi moral ini tentu sangat mempengaruhi kualitas ucapannya.

Dalam sebuah kitab ada keterangan menarik. Disebutkan ada empat jenis manusia diukur dari kualitas pembicaraannya.

Pertama, orang yang berkualitas tinggi. Kalau dia berbicara, isinya sarat dengan hikmah, ide, gagasan, solusi, ilmu, dzikir, dan sebagainya. Orang seperti ini pembicaraannya bermanfaat bagi dirinya sendiri, juga bagi orang lain yang mendengarkan. Jika dia diajak berbicara sekalipun ngobrol, ujungnya adalah manfaat.

Ketika disodorkan padanya keluhan tentang krisis, dengan tangkas dia menjawab, "Krisis adalah peluang bagi kita untuk mengevaluasi kekurangan yang ada. Dengan krisis, siapa tahu kita akan lebih kreatif? Kita bisa mencari celah-celah peluang inovasi. Pokoknya jangan putus asa, semangat terus!" Siapa saja yang biasa berbicara tentang solusi, gagasan, hikmah, dan hal-hal serupa itu, insya Allah dia adalah manusia yang berkualitas.

Kedua, orang yang biasa-biasa saja. Ciri orang seperti ini adalah selalu sibuk menceritakan peristiwa. Melihat ada kereta api terguling, dia berkomentar ribut sekali. Seolah dirinya yang kelindes kereta. Ketika bertemu seorang artis, terus dicerita-ceritakan tiada henti. Pokoknya ada apa saja dikomentari. Dia seperti juru bicara yang wajib berkomentar kapan pun ada peristiwa. Tidak peduli peristiwa layak dia komentari atau tidak.

Ini tipe manusia tukang cerita peristiwa. Prinsip yang dia pegang: "Pokoknya bunyi!" Tidak ada masalah dengan peristiwa. Jika melalui itu semua kita bisa memungut hikmah yang sebaik-baiknya, insya Allah peristiwa bermanfaat. Namun, jika dari peristiwa-peristiwa itu tidak ada yang dituju kecuali menunggu sampai mulut lelah sendiri, ini tentu kesia-siaan.

Ketiga, orang rendahan. Cirinya kalau berbicara isinya hanya mengeluh, mencela, atau menghina. Apa saja bisa jadi bahan keluhan. "Aduuuh ini pinggang, kenapa jadi sakit begini. Hari ini kayak-nya banyak masalah, nih!" Ketika kepadanya disodorkan makanan, jurus keluhannya segera berhamburan. "Makanan kok dingin begini? Coba kalau ada sambel, tentu lebih nikmat. Aduuuh, kerupuk ini, kenapa kecil-kecil begini?" Terus saja makanan dikeluhkan, walau kenyataannya semua akhirnya habis juga.

Mengeluh dan mencela, itu hari-hari orang rendahan. Seolah tiada hari berlalu tanpa keluh-kesah. Ketika turun hujan, hujan segera dicaci. "Ohh, hujan melulu, di mana-mana becek. Jemuran nggak kering-kering." Ketika di jalanan macet, mengeluh. Ketika ada lampu merah, mengeluh. Ketika ada polisi, mengeluh. Ketika ada orang meminta-minta, mengeluh. Dan seterusnya. Seolah tiada hari berlalu tanpa keluh-kesah. Alangkah menderita hidup orang yang dipenjara oleh keluh-kesah. Dia tidak bisa membedakan mana nikmat dan mana musibah. Seluruh lembar hidupnya dimaknai sebagai kesusahan, sehingga layak dikeluhkan.

Keempat, orang yang dangkal. Adalah mereka yang semua pembicaraannya tidak keluar dari menyebut-nyebut kehebatan dirinya, jasa-jasanya, kebaikan-kebaikannya. Padahal hidup ini adalah pengabdian untuk Allah. Mengapa harus kita membanggakan apa yang Allah titipkan pada kita?

Ada orang pakai cincin segera berkomentar, "Oh, itu sih mirip cincin saya." Ada orang beli mobil baru, "Nah, ini seperti yang di garasi saya itu." Ada kucing berbulu tebal melompat, "Kucing ini gondrong. Oh yaa, kucing gondrong itu mirip singa. Hai, tau nggak? Saya sudah pernah ke Singapura, lho. Hebat sekali kota Singapura. Hanya orang yang hebat saja bisa pergi ke sana." Orang-orang dangkal ini akan terus berbicara tiada henti. Tak lupa dia selalu menyelipkan kata-kata kesombongan dan membanggakan diri.

Orang-orang dangkal tiada bosan mengekspose diri, menyebut jasa, kebaikan, dan prestasinya. Dia selalu ingin tampak menonjol dan mendominasi. Jika ada orang lain yang secara wajar tampak lebih baik, hatinya teriris-iris, tidak rela, dan sangat berharap orang itu akan segera celaka. Inilah ilmu gelas kosong. Gelas kosong, maunya diisi terus. Orang yang kosong dari harga diri, inginnya minta dihargai terus. Kita harus berhati-hati dalam berbicara. Harus kita sadari bahwa berbicara itu dibatasi oleh etika-etika. Hendaklah kita ada di atas rel yang benar. Jangan sampai kita jatuh dalam apa-apa yang Allah larang.

Dalam berbicara kita jangan bergunjing (ghibah). Bergunjing adalah perbuatan yang ringan, bahkan bagi sebagian orang mungkin dianggap mengasyikkan. Namun, jika dilakukan dengan sengaja, apalagi dengan kesadaran penuh dan tekad menggebu, bergunjing bisa menjadi dosa besar.

"Dan janganlah kalian ber-ghibah (bergunjing) sebagian kalian terhadap sebagian yang lain. Apakah suka salah-seorang dari kalian makan daging bangkai saudaranya? Maka, kalian tentu akan sangat jijik kepadanya. Dan takutlah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat." (QS Al-Hujurat:12).

Kita tidak bisa memaksa orang lain berbuat sesuai keinginan kita. Tapi kita bisa memaksa diri kita untuk melakukan yang terbaik menyikapi sikap orang lain. Banyak bicara tidak selalu buruk, yang buruk adalah banyak berbicara kebatilan. Boleh-boleh saja kita produktif berbicara, tapi harus proporsional. Jika kita berbicara hal yang benar dan memang harus banyak, tentu kita lakukan hal itu. Pembicaraan seringkali bergeser dari rel kebaikan ketika kita tidak proporsional.

Semua orang harus menjaga lidahnya. Tidak peduli apakah itu orang-orang yang dianggap ahli agama. Orang-orang yang pandai membaca Al-Quran atau hadis, tidak otomatis pembicaraannya telah terjaga. Di sini tetap dibutuhkan proses belajar, berlatih, dan terus berjuang agar mutu kata-kata kita semakin meningkat.

Alangkah ironi jika orang-orang yang ahli agama, namun tidak menjaga lisan. Dia banyak menasihati umat dengan perilaku-perilaku yang baik, tapi saat yang sama dia tidak melakukan hal itu. Jika orang-orang preman berkata kasar, jorok, dan tak mengenai tata krama, orang masih maklum. Namun, jika orang-orang alim yang melakukannya, tentu ini adalah bencana serius.

Satu langkah konkret untuk memulai upaya menjaga lisan adalah dengan mulai mengurangi jumlah kata-kata. Makin sedikit bicara, makin tipis peluang kesalahan. Sebaliknya makin banyak bicara, peluang tergelincir lidah semakin lebar. Jika lidah kita telah meluncur tanpa kendali, kehormatan kita seketika akan runtuh. Berbahagialah bagi siapa yang bisa berkata dengan akhlak tinggi. Selalu berkata baik. Jika tidak, cukup diam saja!

Saudaraku, sadarilah bahwa lidah ini adalah amanah. Tiap-tiap kata yang terucap darinya kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Jadikan ucapan-ucapan kita adalah modal untuk mengundang keridhaan Allah. Jangan jadikan kata-kata itu sebagai sebab datangnya murka dan kebencian-Nya.

Semoga Allah SWT membimbing lisan kita untuk berucap mengikuti keteladanan Rasulullah saw. Ucapan itu keluar dari lisan bagai untaian mutiara yang sarat dengan kebenaran, berharga, bermutu, dan membawa maslahat bagi siapa pun yang mendengarkannya. Amin. Wallahu a`lam bishshawab.

Percantik Diri dengan Akhlak Terpuji

Wanita cantik memang banyak, tapi jarang yang molek pula akhlaknya. Ibarat bunga yang indah, tapi tak wangi. Oleh karena itu, dapatkahlah kecantikan sejati. Kencatikan berupa wajah hati dan rupa budi yang menawan. Ingat bahwa kecantikan itu memancar dari dalam ke luar. Bukan sebaliknya. Sehingga, tanamilah hati dengan keimanan dan kebenaran (al-haq), yang dilandasi ilmu yang benar (shahih). Kemudian, hiasilah dengan perbuatan (akhlak) yang baik, sebagai buah dari suburnya hati dan berseminya tunas iman. Wajah, perilaku dan kepribadian kita akan nampik cantik sekali. Pesona kecantikan yang sesungguhnya, bukan pesona semu yang kasat mata. Bahkan, biar rupa tak jelita, tapi perangainya istimewa.
Untuk membiasakan diri dengan akhlak yang baik dan santun, kadangkala diperlukan latihan yang “keras”. Latihan yang dimaksud adalah dengan menggembleng jiwa dan raga kita kepada perbuatan-perbuatan yang bisa mendatangkan sifat dan akhlak yang dimaksudkan. Siapa yang ingin memiliki sifat dermawan dan murah hati, maka dia harus memaksa dirinya untuk berkorban. Siapa yang ingin memiliki hati yang lembut, sabar dan penyayang, maka dia harus memaksa lisannya untuk tidak berkata kasar dan keji, mendidik jiwanya untuk menahan amarah dan lapang dada, serta menghindarkan hatinya dari iri, dengki, jahat dan keras hati. Begitu pula dengan sifat-sifat terpuji lainnya. Hingga ia terbiasa dengan akhlak karimah (mulia) tersebut dan mengikis habis sifat-sifat buruk miliknya.
Kebiasaan itu akan membawa efek yang sangat besar bagi perubahan tabiat. Bukanlah biasa itu karena biasa, baik terpaksa maupun dipaksa? Sebagaimana prajurit yang dilatih dengan disiplin dan latihan keras, ia akan menjadi sosok yang tangguh dan tidak bermalas-malasan. Tapi harus diingat, hasil pembiasaan ini tidak bisa diperoleh hanya dalam sehari dua hari atau tempo yang singkat. Pengaruhnya akan nampak jika latihan dilakukan secara kontinu dan berkesinambungan.
Untuk mendapatkan kebagusan akhlak, hendaknya kita selalu memohon kepada Allah, sebagaimana yang dipanjatkan oleh Nabi SAW, pemilik akhlak yang agung. “Dan berilah hidayah kepadaku agar baik akhlakku. Tak ada yang mampu memberi hidayah untuk memperbaikinya kecuali Engkau” (HR. Al-Haitsami dan Abu Ya’la).
Satu hal yang wajib kita ingat, bahwa kebaikan dan kesucian diri tidak lepas dari taufik Allah SWT. “Aku tidak bermaksud kecuali (melakukan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah” (QS. Huud: 88).
Yang pasti, apa yang kit alakukan bukan karena kemampuan kita semata. Karena seluruh kemudahan dan kemampuan yang ada adalah karunia Allah. Semua karena Allah. Tidak ada kemudahan kecuali Allah. Semua karena Allah. Tidak ada kemudahan kecuali yang ia mudahkan dan takkan ada kesulitan jika ia menjadikannya mudah. La quwwata illa billah. “Wahai Zat Yang Maha Hidup, Wahai Zat yang terus-menerus mengatur hamba-Nya, dengan rahmat-Mu aku memohon perlindungan, dan perbaikilah seluruh keadaanku, serta janganlah Engkau (menjadikan) aku bersandar pada diriku, sekejab matapun” (Silsilah Al-Hadits Ash-Shahihah, No. 27)

source :  http://wulandarialzura.blogspot.com/2012/06/menjadi-muslimah-cantik-luar-dalam.html

Rabu, 29 Juli 2015

Inner Beauty VS Outer Beauty // Cantik lahiriah vs Cantik batiniah

C-A-N-T-I-K adalah kata yang diinginkan dari setiap wanita terutama dari seorang lelaki dambaannya. Dengan kecantikan wanita juga lebih percaya diri. Right ?
Namun disisi ini Allah juga berlaku adil. Adilnya bagaimana ? Adilnya yaitu karena Allah memberikan pandangan yang berbeda bagi setiap makhluk yang melihatnya sehingga cantik itu relatif. Coba bayangin aja kalau cantik itu ngga relatif, banyak orang yang memperebutkan wanita paling cantik. Udah relatif aja masih pada rebutan. Hehe.. Bayangin juga kalau cantik ngga relatif, nanti banyak wanita yang dianggap ngga cantik (secara kasat mata manusia) ngga punya pendamping hidup. Oleh karena itu bersyukurlah buat para wanita karena cantik itu relatif, sekali lagi Allah membuktikan keadilannya di sini, pada kasat mata makhluknya. So, nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan ? :)
Tapi yang lebih penting sekarang adalah cantik hatinya bukan cantik parasnya. Kenapa begitu ?
Coba sekarang dipikir untuk mendapat kecantikan lahir sangat mudah, tinggal dipoles sedikit aja wajah bisa langsung berbeda. Sekarang juga sudah banyak produk dan jasa yang menawarkan kecantikan, melalui operasi plastik juga bisa, biar kaya orang Korea gitu, hehe. Lalu apakah salah seorang wanita melakukan berbagai hal dan mengeluarkan uang yang banyak untuk kecantikan ? Tentu saja tidak, karena itu sudah sifat lahiriah seorang wanita untuk keliatan cantik. Lagi pula tujuan perawatan-perawatan seperti itu juga untuk membersihkan wajah, jadi tidaklah salah seorang wanita melakukan perawatan-perawatan seperti itu karena Allah juga cinta keindahan, asal tidak merubah bagian tubuh yang sudah diciptakan oleh Allah. Satu hal yang sepele tapi sebenarnya sangat penting di sini adalah jangan sekali-kali wanita mencukur/merapikan alis matanya. Karena itu haram !
Cantik hati itu seperti apa ? Cantik hati adalah cantik yang ditimbulkn dari budi pekerti yang baik oleh pemiliknya. Atau biasa dikenal inner beauty. Kecantikan itu akan membuat pemiliknya tampak menarik meski dengan penampilan yang sederhana. Kecantikan yang membuat manusia jatuh cinta dan membuat bidadari surga iri padanya. Kecantikan ini juga akan menimbulkan aura yang membuat pemiliknya cantik secara lahiriah pula. Jika memandangnya akan membuat hati tenang, karena pada wajahnya seakan-akan ada cahaya yang dipancakan. (mungkin hanya beberapa orang bisa melihatnya) Hehe..
Cantik wajah hanya akan mengikat mata. Namun cantik hati akan mengikat hati dan membelenggu jiwa.
So, be sholehah ! Allah with us 



collaboration with http://fitrilah.blogspot.com

Selasa, 28 Juli 2015

Kutipan dari Novel-Novel Tere Liye

hayoooo siapa yang suka baca Novel-Novelnya Tere liye?

Aku suka, tapi ga punya bukunya, hehehe, semua bukunya aku pinjam dari temenku, Cahyo.

berikut kutipan dari Novel-Novelnya Tere Liye yang aku suka:

1. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.”
-Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

“Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.”
- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin    

“Kebaikan itu memang tak selalu harus berbentuk sesuatu yang terlihat.”
 - Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.
 Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.
 Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.”
-Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

2. Berjuta Rasanya

Suatu saat jika kau beruntung menemukan cinta sejatimu. Ketika kalian saling bertatap untuk pertama kalinya, waktu akan berhenti. Seluruh semesta alam takzim menyampaikan salam. Ada cahaya keindahan yang menyemburat, meggetarkan jantung. Hanya orang – orang yang beruntung yang bisa melihat cahaya itu, apalagi berkesempatan bisa merasakannya.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“..ajarkan aku untuk selalu memiliki hati yang cantik, hati yang cantik… Tidak peduli meski orang-orang tidak pernah sekali pun menyadari kecantikan hati tersebut.”
- Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Seseorang yang mencintaimu karena fisik, maka suatu hari ia juga akan pergi karena alasan fisik tersebut. Seseorang yang menyukaimu karena materi, maka suatu hari ia juga akan pergi karena materi. Tetapi seseorang yang mencintaimu karena hati, ia tidak akan pernah pergi! Karena hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatif lebih baik atau lebih buruk.”

- Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Ya Tuhan, aku sempurna tertikam oleh ilusiku sendiri. Pengkhianatan oleh hatiku yang sibuk meguntai simpul pertanda cinta.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Mungkin ada benarnya juga buku – buku itu bilang. Orang – orang yang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan oleh hatinya sendiri.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Percayalah, hal yang paling menyakitkan di dunia bukan saat kita lagi sedih banget tapi nggak ada satupun teman untuk berbagi. Hal yang paling menyakitkan adalah saat kita lagi happy banget tapi justru nggak ada sat pun tema untuk membagi kebahagiaan tersebut.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Kakek, apakah cinta itu memberi, seperti yang selalu Kakek lakukan saat memberi makan ayam – ayam?”
“Tidak. Karena kau selalu bisa memberi tanpa sedikitpun memiliki perasaan cinta, tetapi kau takkan pernah bisa mencintai tanpa selalu memberi.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

 “Ya, cinta seperti hantu. Semua orang membicarakannya, tetapi sedikir sekali yang benar – benar pernah melihatnya.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Kakek, apakah cinta itu seperti musik?”
 “Ya. Ia seperti musik, tetapi cinta sejati akan membuatmu selalu menari meskipun musiknya telah lama berhenti.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Kakek, dari kota manakah cinta datang?”
 “Tidak ada yang tahu, Sayang. Cinta sejati datang begitu saja, tanpa satu alasan apapun yang jelas!”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Apakah cinta sejati itu? Apakah ia sebentuk perasaan yang tidak bisa dibagi lagi? Apakah ia sejenis kata akhir sebuah perasaan? Tidak akan bercabang? Tidak akan membelah diri lagi? Titik? Penghabisan? Bukankah lazim seseorang jatuh cinta lagi padahal sebelumya sudah berjuta kali bilang ke pasangan – pasangan lamanya, “Ia adalah cinta sejatiku!”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Kakek apakah cinta sesejuk air sungai ini?”
“Ya. Cinta sejati memang seperti air sungai, sejuk menyenangkan, dan terus mengalir. Mengalir terus ke hilir tidak pernah berhenti. Semakin lama semakin besar karena semakin lama semakin banyak anak sungai yang bertemu. Begitu juga cinta, semakin lama mengalir semakin besar batang perasaannya.”
“Kalau begitu ujung sungai ini pasti ujung cinta itu?”
“Cinta sejati adalah perjalanan, Sayang. Cinta sejati tak pernah memiliki tujuan.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Kakeknya berbohong. Cinta tidak seperti air sungai, sejuk, dan menyenangkan. Baginya, sekarang cinta lebih sepert moncong meriam. Sesaat lalu melontarkannya tinggi sekali hingga ke atas awan, tetapi sekejap kemudian menghujamkannya dalam – dalam ke perut bumi.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Tidak seperti waktu, relativitas nasib sudah diterjemahkan dengan maju oleh manusia di seluruh muka bumi melalui ukuran tertentu, yang sayang sekali ukuran tersebut mutlak berasal dari kesepakatan mereka.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

 “Percayalah, hal yang paling menyakitkan di dunia bukan saat kita lagi sedih banget tapi nggak ada satupun teman untuk berbagi. Hal yang paling menyakitkan adalah saat kita lagi happy banget tapi justru nggak ada satu pun teman untuk membagi kebahagiaan tersebut.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya 

“..., kehidupan ini tak selalu memberikan kita pilihan terbaik. Terkadang yang tersisa hanyalah pilihan-pilihan berikutnya. Orang yang bahagia selalu berpegangan pada pilihan kedua yang terbaik, selalu berpegangan pada pilihan kedua yang terbaik…. Melupakan pilihan pertama yang tak pernah bisa kau capai… ...”
 -Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Untuk kita, yang terlalu malu walau sekadar menyapanya, terlanjur bersemu merah, dada berdegup lebih kencang, keringat dingin di jemari, bahkan sebelum sungguhan berpapasan.
Untuk kita, yang merasa tidak cantik, tidak tampan, selalu merasa keliru mematut warna baju dan pilihan celana, jauh dari kemungkinan menggapai cita-cita perasaan.
Untuk kita, yang hanya berani menulis kata-kata dalam buku harian, memendam perasaan lewat puisi-puisi, dan berharap esok lusa dia akan sempat membacanya.
Semoga datanglah pemahaman baik itu. Bahwa semua pengalaman cinta dan perasaan adalah spesial. Sama spesialnya dengan milik kita, tidak peduli sesederhana apapun itu, sepanjang dibungkus dengan pemahaman-pemahaman baik.”

-Tere Liye, Berjuta Rasanya


3. Sepotong Hati Yang Baru



“Kau tidak harus minta maaf. Meskipun seharusnya kau tahu, sehari setelah kau memutuskan pergi, aku telah membujuk hatiku agar tegar. Tetapi percuma. Menyakitkan. Semua itu membuat sesak. Kalimat itu mungkin benar, ada seseorang dalam hidupmu yang ketika ia pergi, maka ia juga membawa sepotong hatimu. Alysa, kau pergi. Dan kau bahkan membawa lebih dari separuh hatiku.” 
-Tere Liye, Sepotong Hati Yang Baru

"Kau tahu, saat itu akhirnya aku menyadari, aku tidak akan pernah bisa melanjutkan hidup dengan hati yang hanya tersisa separuh. Tidak bisa. Hati itu sudah rusak, tidak utuh lagi. Maka aku memutuskan membuat hati yang baru. Ya, hati yang benar-benar baru.
-Tere Liye, Sepotong Hati Yang Baru

“Cinta bukan sekedar memaafkan. cinta bukan sekedar soal menerima apa adanya. cinta adalah harga diri. cinta adalah rasionalitas sempurna.
Jika kau memahami cinta adalah perasaan irasional, sesuatu yang tidak masuk akal, tidak butuh penjelasan, maka cepat atau lambat, luka itu akan kembali menganga. kau dengan mudah membenarkan apapun yang terjadi di hati, tanpa tahu, tanpa memberikan kesempatan berpikir bahwa itu boleh jadi karena kau tidak mampu mengendalikan perasaan tersebut. tidak lebih, tidak kurang.
Kenangan indah bersamamu akan kembali memenuhi hari-hariku entah hingga kapanpun. Itu Benar. Membuatku sesak. Tapi aku tidak akan membiarkan hidupku kembali dipenuhi harapan hidup bersamamu. Sudah cukup.Biarlah sakit ini menemani hari-hariku.
Biarlah aku menelannya bulat-bulat sambil sempurna menumbuhkan hati yang baru, memperbaiki banyak hal, memperbaiki diri sendiri. Apa pepatah bilang? ah iya, patah hati tetap sombong, patah-hati tetap keren.
-Tere Liye, Sepotong Hati Yang Baru
 
“Ada seseorang dalam hidupmu yang ketika ia pergi, maka ia juga membawa sepotong hatimu.”
-Tere Liye, Sepotong Hati Yang Baru

"Wanita yang bisa membuat kue adalah wanita yang cantik dan baik hatinya. Karena kue yang enak selalu dihasilkan dari proses ketelatenan, kesabaran, dan penuh perasaan. itu kata Mama"
-Tere Liye, Sepotong Hati Yang Baru

"......Karena orang-orang sakit hati lazimnya tidak lagi mencintai kehidupan dunia ini. Ia tidak menginginkan singgasana. Ia tidak menginginkan tumpukan emas. Ia hanya ingin sendiri dengan seluruh luka di hati...."
".....Membuang jauh seluruh kecintaan akan dunia. kesedihan yang terkendali sungguh bisa menjadi kekuatan tiada tara. Kesedihan yang terkendali bisa membuat hati bersih, hati yang siap menerima kabar baik....."
-Tere Liye, Sepotong Hati Yang Baru

"buat apa cinta jika kau tidak percaya padaku. Buat apa sayang jika kau terus berprasangka yang bukan-bukan."
-Tere Liye, Sepotong Hati Yang Baru

"....cinta yang besar, tanpa disertai komitmen dan kepercayaan, maka ia hanya akan menelan diri sendiri."
-Tere Liye, Sepotong Hati Yang Baru


4. Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“Cinta adalah perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah adalah omong kosong.” 
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

 “Berasumsi dengan perasaan, sama saja dengan membiarkan hati kau diracuni harapan baik, padahal boleh jadi kenyataannya tidak seperti itu, menyakitkan.”

-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

  “Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan gumpal perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan gilau kepala ikan, suka mesin. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpal perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita bersarkan, terus menggumpal membesar. Coba saja kau cuekin, kau lupakan, maka gumpal cinta itu juga dengan cepat layu seperti kau bosan makan gulai kepala ikan.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“Cinta itu macam musik yang indah. Bedanya, cinta sejati akan membuatmu tetap menari meskipun musiknya telah lama berhenti.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“perasaan adalah perasaan, meski secuil, walau setitik hitam di tengah lapangan putih luas, dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit, kehilangan selera makan, kehilangan semangat, hebat sekali benda bernama perasaan itu, dia bisa membuat harimu berubah cerah dalam sekejap padahal dunia sedang mendung, dan di kejap berikutnya mengubah harimu jadi buram padahal dunia sedang terang benderang”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“Jika dia memutuskan untuk pergi menjauh, itu berarti sudah saatnya kau memulai kesempatan baru. Percayalah, jika dia memang cinta sejati kau, mau semenyakitkan apa pun, mau seberapa sulit liku yang harus dilalui, dia tetap akan bersama kau kelak, suatu saat nanti. Langit selalu punya skenario terbaik. Saat itu belum terjadi, bersabarlah. Isi hari-hari dengan kesempatan baru. Lanjutkan hidup dengan segenap perasaan riang.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“Cinta sejati selalu menemukan jalan, Borno. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirudung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Tidak usahlah kau gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“Sejatinya, rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi kau pamer-pamerkan. Semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan itu semakin hambar, jangan-jangan kita mengatakannya hanya karena untuk menyugesti, bertanya pada diri sendiri, apa memang sesuka itu".”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“Ketika situasi memburuk, ketika semua terasa berat dan membebani, jangan pernah merusak diri sendiri.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

  “Langit selalu punya skenario terbaik. Saat itu belum terjadi, bersabarlah. Isi hari-hari dengan kesempatan baru. Lanjutkan hidup dengan segenap perasaan riang.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“..., terkadang dalam banyak keterbatasan, kita harus bersabar menunggu rencana terbaik datang, sambil terus melakukan apa yang bisa dilakukan.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“Alangkah banyaknya pencinta yang justru berusaha tampil hebat, keren, gagah, sampai dia lupa menjadi dirinya sendiri.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah rasa suka itu semakin besar, atau semakin memudar.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“Cinta sejati selalu datang pada saat yang tepat, waktu yang tepat, dan tempat yang tepat. Ia tidak pernah tersesat sepanjang kalian memiliki sesuatu. Apa sesuatu itu? Tentu saja bukan GPS, alat pelacak, dan sebagainya, sesuatu itu adalah pemahaman yang baik bagaimana mengendalikan perasaan.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“.... Kuberitahu kau sebuah rahasia kecil. Dalam urusan ini, sembilan dari sepuluh kecemasan muasalnya hanyalah imajinasi kita. Dibuat-buat sendiri, dibesar-besarkan sendiri.
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

  
5. Rindu


“Lepaskanlah. Maka besok lusa, jika dia cinta sejatimu, dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali, maka sederhana jadinya, itu bukan cinta sejatimu. Hei, kisah-kisah cinta di dalam buku itu, di dongeng-dongeng cinta, atau hikayat orang tua, itu semua ada penulisnya.
Tetapi kisah cinta kau, siapa penulisnya? Allah. Penulisnya adalah pemilik cerita paling sempurna di muka bumi. Tidakkah sedikit saja kau mau meyakini bahwa kisah kau pastilah yang terbaik yang dituliskan.” 
-Tere Liye, Rindu


“Cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan dihadapi. Berdiri gagah. Mulailah dengan damai menerima masa lalumu. Buat apa dilawan? Dilupakan? Itu sudah menjadi bagian dari hidup kita. Peluk semua kisah itu. Berikan dia tempat terbaik dalam hidupmu. Itulah cara terbaik mengatasinya. Dengan kau menerimanya, perlahan-lahan dia akan memudar sendiri. Disiram oleh waktu, dipoles oleh kenangan baru yang lebih bahagia.
Apakah mudah melakukannya? Itu sulit. Tapi bukan berarti mustahil.”
 
-Tere Liye, Rindu   

“Apakah cinta sejati itu? Maka jawabannya, dalam kasus kau ini, cinta sejati adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tulus kau melepaskannya...Aku tahu kau akan protes, bagaimana mungkin? Kita bilang cinta itu sejati, tapi kita justru melepaskannya? Tapi inilah rumus terbalik yang tidak pernah dipahami oleh pecinta. Mereka tidak pernah mau mencoba memahami penjelasannya.”   
-Tere Liye, Rindu  

“Apakah cinta sejati itu? Maka jawabannya, dalam kasus kau ini, cinta sejati adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tulus kau melepaskannya...Aku tahu kau akan protes, bagaimana mungkin? Kita bilang cinta itu sejati, tapi kita justru melepaskannya? Tapi inilah rumus terbalik yang tidak pernah dipahami oleh pecinta. Mereka tidak pernah mau mencoba memahami penjelasannya.”  
-Tere Liye, Rindu

“Berhenti lari dari kenyataan hidupmu. Berhenti cemas atas penilaian orang lain, dan mulailah berbuat baik sebanyak mungkin.”   
-Tere Liye, Rindu

  “Tidak selalu orang lari dari sesuatu karena ketakutan atau ancaman. Kita juga bisa pergi karena kebencian, kesedihan, ataupun karena harapan.”

-Tere Liye, Rindu

“Saat kita tertawa, hanya kitalah yang tahu persis apakah tawa itu bahagia atau tidak. Boleh jadi, kita sedang tertawa dalam seluruh kesedihan. Orang lain hanya melihat wajah. Saat kita menangis pun sama, hanya kita yang tahu persis apakah tangisan itu sedih atau tidak. Boleh jadi kita sedang menangis dalam seluruh kebahagiaan. Orang lain hanya melihat luar.”  
-Tere Liye, Rindu

“Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Itu kehidupan kita. Tidak perlu siapa pun mengakuinya untuk dibilang hebat. Kitalah yang tahu persis setiap perjalanan hidup yang kita lakukan. Karena sebenarnya yang tahu persis kita bahagia atau tidak, tulus atau tidak, hanya kita sendiri. Kita tidak perlu menggapai seluruh catatan hebat menurut versi manusia sedunia. Kita hanya perlu merengkuh rasa damai dalam hati kita sendiri.
Kita tidak perlu membuktikan apa pun kepada siapa pun bahwa kita itu baik. Buat apa? Sama sekali tidak perlu. Jangan merepotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain. Karena toh, kalaupun orang lain menganggap kita demikian, pada akhirnya tetapi kita sendiri yang tahu persis apakah kita memang sebaik itu.”
 
-Tere Liye, Rindu

“Karena Allah menjanjikan barang siapa yang menutup aib saudaranya, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Itu janji yang hebat sekali. Kalaupun ada saudara kita yang tetap membahasnya, mengungkitnya, kita tidak perlu berkecil hati. Abaikan saja. Dia melakukan itu karena ilmunya dangkal. Doakan saja semoga besok lusa dia paham.”  
-Tere Liye, Rindu


“Kita keliru sekali jika lari dari sebuah kenyataan hidup. Sungguh, kalau kau berusaha lari dari kenyataan itu, kau hanya menyulitkan diri sendiri. Ketahuilah semakin keras kau berlari, maka semakin kuat cengkeramannya. Semakin kencang kau berteriak melawan, maka semakin kencang pula gemanya memantul, memantul, dan memantul memenuhi kepala.”  
-Tere Liye, Rindu


"....jangan pernah merusak diri sendiri. Kita boleh benci atas kehidupan ini. Boleh kecewa. Boleh marah. Tapi ingatlah nasihat lama, tidak pernah ada pelaut yang merusak kapalnya sendiri. Akan dia rawat kapalnya, hingga dia bisa tiba di pelabuhan terakhir. Maka, jangan rusak kapal kehidupan milik kita, hingga dia tiba di pelabuhan terakhirnya.”  
-Tere Liye, Rindu


“Lahir dan mati adalah takdir Allah. Kita tidak mampu mengetahuinya. Pun tiada kekuatan bisa menebaknya. Kita tidak bisa memilih orangtua, tanggal, tempat...Tidak bisa. Itu hak mutlak Allah. Kita tidak bisa menunda, atau memajukannya walau sedetik.” 
-Tere Liye, Rindu


Minggu, 26 Juli 2015

lupakan celaannya

Lupakan celaannya, lalu JAUHI dia dengan cara yang baik....

Orang yang menerapkan kebenaran, apalagi yang mendakwahkannya dan ingin memperbaiki keadaan, tentu akan banyak menuai celaan dari manusia.

Dan itu adalah sunnatullah yang biasa di alami oleh para pembawa dan pejuang kebenaran.

Tapi ingatlah, Allah berkehendak demikian bukan untuk menghukum mereka yang baik, namun untuk memuliakan mereka dan memberikan banyak pahala.

Semakin berat cobaan yang mereka alami, tentu semakin besar pahala yang Allah berikan, dan semakin tinggi kedudukan yang mereka dapatkan.

oleh karena itu, lupakanlah celaan mereka, dan ingatlah pahalaNya, lalu jauhi para pencela itu dengan cara yang baik.
"Bersabarlah terhadap apapun yang mereka katakan, dan jauhilah mereka dengan cara yang baik" (Q.S. Al-Muzzammil : 10)

ya...kita tidak hanya diperintah untuk bersabar, taoi diperintah juga menjauhi mereka. karena dengan itu hati kita akan terjaga, dan kita bisa terus berjalan untuk mendakwahkan kebenaran kepaa yang lainya, wallohua'lam.

semoga kita bisa teguh dan istiwomah di atas jalan kebenaran, di atas Alquran dan Sunnah sesuai pemahaman para salafush shalih, aamiin.

Ust Ad Dariny
@kajianislam


yuk berhijrah

semakin mengerti seseorang akan hakikat hidup, semakin orang itu mengenal Tuhannya, maka maki akan sederhana pula tampilannya.

Terkadang, bukan karena dia tidak mampu membeli apapun yang mewah,
tapi karena dia sadar,
Harta duniawi tidak akan dibawa mati kecuali yang dijalankan di jalan Illahi

Bukan karena rejekinya tidak mencukupi untuk hidup dalam strata ekonomi paling tinggi,
tapi karena dia sudah mneyadari,
bahwa kematian adalah tujuan kehidupan yang paling hakiki

yang nyunnah buka berarti terroris
Yang nyunnah bukan berarti ekstrimis
Yang nyunnah bukan berarti kampungan
Yang nyunnah bukan berarti terbelakang pikirannya.
Mereka sedang berusaha taat
mereka sedang meniti syurga yang memah tak mudah jalannya

Buka mata dan hati kita untuk tidak melihat segala sesuatu hanya dari luarannya saja
semua ada alasan yang kuat

Yuk berhijrah
Yuk bebenah
Selagi masih ada waktu
Selagi masih ada kesempatan

Hijrah lah karena Allah
Hijrahlah hanya karena hanya meminta Ridho-Nya

Barakallahu fiik.

salam

+Berani Berhijrah

Pilihlah teman dengan bijak

" Pilihlah teman dengan bijak, karena mungkin merekalah yang akan membawa kita menuju SURGA atau NERAKA" #beraniberhijrah

Mereka yang sudah merasa nyaman berada di dalam "ring satu", terlalu asyik dengan dunianya, dan tidak menydari bahwa dunia berubah dengan cepat. Terlalu asyik di "ring satu" membuat seseorang sulit berkembang, baik keahlian ataupun sikap mentalnya.

Banyak kerugian yang di dapat bila seseorang hanya asyik berinteraksi dengan "ring satu". Kerugian Pertama, mereka sulit untuk diajak berubah. Perasan dan kondisi nyaman membuat mereka merasa tak perlu berubah ke arah yang lebih menantang.

Kerugian lainnya, mereka mudah tersinggung. Karena terbiasa enjoy dan asyik dengan dunia sempitnya, saat berbeda pendapat dengan orang lain, mereka akan mudah "mutung" alias mudah tersingung. Padahal, perbedaan pendapat akan membuat seseorang merasa lebih bijak, berpandangan luas, dan mengikis kesombongan. Meraka enggan belajar, sudah merasa cukup dengan apa yang mereka punya.

Mari kita coba renungkan sejenak, apabila kita hanya dekat dengan keluarga inti dna teman dekat yang tidak pernah bertambah, boleh jadi kita terkena penyakit ini. Segeralha berhijrah, dengan keluar dari "ring satu", perbanyak teman. Karena sahabta yang baik itu sangat penting bagi dunia maupun akhirat.

Kelak, apabila penghuni surga telah masuk surga, lalu mereka tidak menemukan sahabat-sahabat yang selalu bersama mereka di dunia, mereka bertanya kepada ALLAH, "ya Tuhan kami, kami tidak melihat sahabat-sahabat yang sewaktu di dunia shalat, puasa, dan berjuang bersama kami?" Allah swt berfirman, "pergilah ke neraka, lalu keluarkanlah sahabat-sahabatmu yang dihatinya ada iman walaupun hanya sebesar zarrah." (HR. Ibn-Mubarak)

Collaboration : @beraniberhijrah
Akan ada selalu yang ga suka sama kita,
Rasulullah yang di utus Allah menyempurnakan akhlak, dituduh orang gila
Artis aja jelek dihina giliran cakep di bilang oplas,
Jadi saya tetap dalam prinsip saya
Apa yang saya yakini benar ya akan saya tulis dan sampaikan,
Soal berbeda pendapat ya silahkan aja,
Kita tidak bisa selalu bersama tapi tidak perlu berpisah dengan dendam
Saya tipe orang yang ga suka basa basi dan ga bisa basa basi
Kalo ga suka ya pasti saya tunjukkan,
Tapi saya tidak pernah dendam dengan siapapun, In shaa Allah
Kalau pun ada yang saya tidak suka, saya hanya tidak suka bagian sifatnya, bukan keseluruhan dari orang tersebut.
Jangan salah paham, saya emang sekarang orangnya tegas dan harus bisa teguh pendirian
tapi saya ga lagi marah kok ini, hahaha
Saya juga suka bercanda tapi, tapi kadang mukanya jutek kalo liat orang yang bermuka masam sama saya
Jadi jangan sekali-kali bilang saya marah ya,
Saya tu kalo marah diam, selain itu berarti saya tidak sedang marah.

by: @rantingpohon

hati yang bersih

Imam Ghazali mengatakan bahwa orang-orang yang memiliki hati yang bersih hidupnya bagaikan taman-taman yang amat indah dan menyejukkan.
Terbayang disana mawar, disini melati, hidupnya amat indah, sehingga orang-orang yang seperti ini tak ada keraguan bahwa ia selalu dekat dengan Allah.
Tiap bertutur kata selalu menggunakan kata-kata yang lemah lembut, tidak keras ataupun tidak terlalu kecil, dan bicaranya singkat tapi padat.
Setiap apa yang ia lihat selalu berusaha ia jadikan sebagai ladang amal untuk akhiratnya.
Ketika melihat orang seperti ini, niscaya kita akan menemui berbagai macam keberhasilan hidup yang ia capai.
Ia pintar, ia rendah hati, ia sopan, dan berbagai sifat teladan lainnya.
Mengapa?
Karena ia berpikir bahwa kehidupan adalah perjalanan singkat yang harus diisi dengan amal-amal yang merupakan bekal agar bisa melanjutlan perjalanan yang kekal dengan penuh kebahagiaan. - Al Faruq Ibn Zainuddin -.
.
Kontribusi oleh: @ifitrianty
Semoga bermanfaat :) #duniajilbab

Kamis, 23 Juli 2015

si gaul dan si sederhana

suatu hari si gaul dan si sederhana pulang dari acara resepsi pernikahan temannya, dan si gaul pun bertanya.

"kau tidak pernah ber make up, kau juga tak pernah perawatan ke salon? jadi apa rahasia mu?"

si sederhana pun menjawab:

"sebelum aku menjawab pertanyaanmu, aku ingin tanya berapa harga semua make up yang kau beli dan harga saat kau ke salon, dan apa saja benda yang kau gunakan untuk menghias dirimu?"

si gaul pun menjawab "

"aku menghias bibir ku menggunakan lipstik, bedak menghias mukaku, lotion untuk melindungi kulitku, kutek menghias jariku, fashion terkini menghias tubuhku, kira-kira sebulan aku bisa mengeluarkan uang 300-700 ribu atau lebih, itu juga udah sama salon, jadi apa rahasiamu?"

si sederhana pun menjawab:

"aku menghias bibirku dengan tutur kata yang baik, dan lantunan al-Qur'an, air wudhu untuk menjernihkan muka ku, hijab + jilbab untuk melindungi kulit ku bahkan bukan kulit saja tetapi menjaga diriku juga, membantu orang lain untuk menghias jariku, akhlak yang baik untuk menghias diriku, semuanya senggak mahal, bahkan gratis."

si gaul pun matanya berkaca-kaca dan berkata "aku ingin tobat, aku ingin sepertimu"

by : @assyaaanz // @tausiyahku_

Subhanallah, siapa yang ingin cantik luar dalam? cantik di Hadapan-Nya ternyata sudah lebih baik, semoga kita bisa menjadi si sederhana ya :))

Senin, 13 Juli 2015

Doa Akhwat

Tuhanku…
Aku berdo’a untuk seorang pria yang akan menjadi bagian dari hidupku
Seseorang yang sungguh mencintai-Mu lebih dari segala sesuatu
Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau
Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk-Mu

Wajah tampan dan daya tarik fisik tidaklah penting
Yang penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan Engkau
dan berusaha menjadikan sifat-sifat-Mu ada pada dirinya
Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup sehingga hidupnya tidaklah sia-sia

Seseorang yang memiliki hati yang bijak tidak hanya otak yang cerdas
Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatiku
Seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi juga dapat menasihatiku ketika aku berbuat salah

Seseorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tapi karena hatiku
Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu dan situasi
Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika aku di sisinya

Tuhanku…
Aku tidak meminta seseorang yang sempurna namun aku meminta seseorang yang tidak sempurna,
sehingga aku dapat membuatnya sempurna di mata-Mu
Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya
Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya
Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna

Tuhanku…
Aku juga meminta,
Buatlah aku menjadi wanita yang dapat membuatnya bangga
Berikan aku hati yang sungguh mencintai-Mu sehingga aku dapat mencintainya dengan sekedar cintaku

Berikanlah sifat yang lembut sehingga kecantikanku datang dari-Mu
Berikanlah aku tangan sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya
Berikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dan bukan hal buruk dalam dirinya
Berikanlah aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana,
mampu memberikan semangat serta mendukungnya setiap saat dan tersenyum untuk dirinya setiap pagi

Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat mengatakan:
“Betapa Maha Besarnya Engkau karena telah memberikan kepadaku pasangan yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna.”

Aku mengetahui bahwa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepat
Dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang telah Engkau tentukan

Amin….

Ia, Gunung Es dan Kamu, Gunung Merapi

ini merupakan tulisannya Nadhira Arini yang gue kutip dari blog nya www.nadhiraarini.com


Ia, Gunung Es dan Kamu, Gunung Merapi

Apa yang bisa kau lakukan, ketika pria yang kamu suka karakternya seperti Gunung Es? Dia dingin, tidak berekspresi, jarang bicara jika tidak perlu, bahkan susah ditebak jalan pikirnya. Layaknya gunung es, kaku dan susah ditembus hatinya?

Dan apa yang akan terjadi, jika karaktermu sendiri seperti Gunung Merapi? Kamu hangat bahkan cenderung panas. Selalu terlihat ceria, cenderung berapi-api jika bersemangat, ekspresif, ramah dengan orang lain, mudah masuk ke lingkungan baru dan seperti mudah ditebak suasana hatinya?

Pernahkah ini terjadi kepadamu? Kalian berdua ntah bagaimana dipertemukan Tuhan dengan suatu cara ajaib-Nya? Pria itu dingin sekali dan kamu panas sekali. Kamu terlalu ekspresif sehingga terkesan seperti Gunung Merapi yang meletus hebat. Apalagi ketika kamu marah, letusannya besar sekali, sehingga dapat mengguncang orang-orang disekelilingmu. Sedangkan pria ini, karena karakter tenang dan dinginnya, mampu membuat lava panas yang ada dalam dirimu tiba-tiba menjadi dingin? Hanya beberapa kalimat yang keluar dari mulutnya mampu membuat amarahmu reda? Pernahkah kamu merasakan seperti itu?

Dan kamu, pria yang karakternya seperti Gunung Es…
Pernahkah kamu menyukai wanita berkarakter seperti Gunung Merapi?
Selalu ceria terlihat mata, ia ekspresif sekali. Sedih terlihat, marah terlihat, ketika sedang senangpun bisa dengan mudahnya tertangkap oleh matamu?
Seakan-akan ia mampu melelehkan balok-balok es yang ada di hatimu. Kamupun menghangat, tidak sedingin sebelumnya. Tanpa sadar, kamu mulai banyak mengeluarkan kata. Tanpa kamu sadar, kamu tidak sependiam sebelumnya. Dan orang-orang terdekatmu mulai merasa bahwa kamu tidak seseram dirimu yang dahulu, mulai banyak tersenyum karena tertular senyumnya. Mulai bisa berekspresi, karena kamu banyak belajar darinya. Pernahkah kamu merasa seperti itu?

Untukmu, wanita berkarakter Gunung Merapi…
Kamu akhirnya sadar, bahwa matanya yang dingin seperti es mulai mencair. Sifatnya yang kaku, mulai melunak. Jalan pikirnya yang sulit ditebak, sekarang bisa kamu tebak hanya dengan sekali kamu melihat matanya. 
Pada akhirnya kamu mengetahui bahwa ia tidak sedingin orang bilang. Dan pada akhirnya kamu terkejut, bahwa ia begitu hanya kepadamu seorang. Karakternya yang dingin masih berlaku ke banyak orang. Tapi tidak kepadamu. Ia mulai mencair, Gunung Es itu mulai mencair.

Sayangnya, banyak kejadian yang memperparah keadaan. Karena sifatmu yang ramah, keceriaanmu yang menular, kamu tanpa sadar menawan banyak pria. Banyak yang terpesona kepadamu, banyak yang ingin memilikimu. Dan pria itu pada akhirnya tahu. 

Mungkin pada akhirnya, pria ini akhirnya sadar. Hatinya sudah mencair terlalu jauh disaat dirinya belum siap mendampingimu. Benteng pertahanan yang selama ini ia bangun susah payah, sudah runtuh terlalu parah karena bertemu denganmu. Kamu tak tahu, betapa fatal akibatnya kehadiranmu di dalam hatinya. Betapa susahnya ia merapikan semuanya kembali ke sediakala.

Ia tahu, sampai saat ini, hanya kamulah yang sanggup mencairkan hatinya. Tetapi ia juga tahu, kamu belum halal baginya. Kamu belum tentu miliknya. Ia sadar, betapa bagus kualitas pria yang ingin menjadikanmu sebagai istrinya. Sedangkan ia belum apa-apa. Ia tak ingin membuatmu merana. Karena mungkin menurutnya, hanya dengan cinta saja tak akan cukup membawamu ke surga. 

Ia ingin menjaga hatinya dulu dan ia juga ingin menjaga hatimu. Maka ia menetapkan hatinya, untuk menjauhimu perlahan. Nanti sampai ia selesai mempersiapkan semuanya. Mungkin nanti ketika ia sudah siap dan kamu masih sendiri, ia akan datang kembali. Mungkin ya, mungkin…Semuanya masih mungkin. 

Dan kamu melihatnya, kembali seperti sediakala. Sinar matanya yang sempat mencair, kini berubah kembali sedingin es. Dia kembali diam, tak banyak bicara. Jika memang ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, kata-kata itu tajam. Setajam es berbentuk panjang yang menghujam tajam ke dasar hatimu yang terdalam. Dan kamu hanya bisa tersentak dalam diam.

Memang sudah sepantasnya, setiap orang harus menjaga diri. Tinggalkanlah rasa yang memang belum sepantasnya ada di hati. Rasa sakit itu pasti ada. Tapi ingatlah, Allah selalu punya rencana. Biarkanlah ia menyusun benteng-benteng pertahanan hatinya dengan dinginnya salju di sekeliling wilayah hatinya kembali. Biarkanlah ia sendiri, jangan dekati dia lagi.

Dan biarkanlah hatimu kembali dibentengi dengan lava panas disekelilingnya. Selama belum ada yang sanggup mendinginkannya kembali, biarkanlah ia meletup-letup panas tanpa ada yang mengganggu. Pada saatnya Allah juga pasti akan membuat lava panas dihatimu mendingin dengan sendirinya. Ntah dia yang berhasil mendinginkannya kembali atau orang lain yang melakukannya.

Suatu saat, ketika kamu melihat salju untuk pertama kalinya…
Kamu akan tahu bahwa salju ini sama seperti hatinya, dingin.
Ia biarkan hatinya membeku, tak mau disentuh cinta yang meluluhkan hatinya.

Ia biarkan dirinya membeku, berusaha untuk tidak menyisakan ruang dihatinya untukmu.
Sengaja ia biarkan kata-katanya keluar tajam layaknya es yang menembus kalbumu.
Ia ingin kamu menjauh untuk sementara waktu, pergi berlalu tanpa kembali mengarah kepadanya.

Kamu tahu pasti, ketika tanpa sengaja menatap matanya…
Dibalik binar matanya yang terluka, kamu bisa menangkap dengan jelas kata-kata yang tidak bisa dilukiskan oleh suara :
“Nanti. Nanti ketika Allah memang mentakdirkanmu menjadi Gunung Merapiku, kubiarkan kau, semaumu, melelehkan hatiku. Sekarang belum saatnya. Biarkan aku dengan kesendirianku. Sekarang, pergilah kau berlalu. Biarkan aku memandangmu dari jauh dengan caraku. Jangan berbalik arah, teruslah maju ke depan. Sampai ketika Allah bilang saatnya tiba, aku yang akan berlari mengejarmu dan memelukmu dari belakang, mencari kehangatan hatimu. Tapi tidak sekarang, aku mohon. Tolonglah aku, biarkan aku memperbaiki diriku dahulu.“

Dan pada akhirnya, kamupun memutuskan untuk pergi berlalu. Tanpa harapan panjang bahwa suatu saat nanti ia akan menjadi pendamping hidupmu. Harapanmu berhenti sudah. Suatu saat nanti, hatinya yang dingin pasti luluh kembali. Bisa jadi wanita dengan karakter Gunung Merapi lainnya yang meluluhkan hatinya atau bisa jadi memang kamulah sang Gunung Merapi itu. 

Tunggu saja. Waktu di mana Gunung Es runtuh karena meleleh dan waktu di mana Gunung Merapi berhenti meletus mengeluarkan lava panasnya. 


source: http://www.nadhiraarini.com/2015/07/ia-gunung-es-dan-kamu-gunung-merapi.html#more