Selasa, 28 Juli 2015

Kutipan dari Novel-Novel Tere Liye

hayoooo siapa yang suka baca Novel-Novelnya Tere liye?

Aku suka, tapi ga punya bukunya, hehehe, semua bukunya aku pinjam dari temenku, Cahyo.

berikut kutipan dari Novel-Novelnya Tere Liye yang aku suka:

1. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.”
-Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

“Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.”
- Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin    

“Kebaikan itu memang tak selalu harus berbentuk sesuatu yang terlihat.”
 - Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.
 Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.
 Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.”
-Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

2. Berjuta Rasanya

Suatu saat jika kau beruntung menemukan cinta sejatimu. Ketika kalian saling bertatap untuk pertama kalinya, waktu akan berhenti. Seluruh semesta alam takzim menyampaikan salam. Ada cahaya keindahan yang menyemburat, meggetarkan jantung. Hanya orang – orang yang beruntung yang bisa melihat cahaya itu, apalagi berkesempatan bisa merasakannya.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“..ajarkan aku untuk selalu memiliki hati yang cantik, hati yang cantik… Tidak peduli meski orang-orang tidak pernah sekali pun menyadari kecantikan hati tersebut.”
- Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Seseorang yang mencintaimu karena fisik, maka suatu hari ia juga akan pergi karena alasan fisik tersebut. Seseorang yang menyukaimu karena materi, maka suatu hari ia juga akan pergi karena materi. Tetapi seseorang yang mencintaimu karena hati, ia tidak akan pernah pergi! Karena hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatif lebih baik atau lebih buruk.”

- Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Ya Tuhan, aku sempurna tertikam oleh ilusiku sendiri. Pengkhianatan oleh hatiku yang sibuk meguntai simpul pertanda cinta.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Mungkin ada benarnya juga buku – buku itu bilang. Orang – orang yang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan oleh hatinya sendiri.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Percayalah, hal yang paling menyakitkan di dunia bukan saat kita lagi sedih banget tapi nggak ada satupun teman untuk berbagi. Hal yang paling menyakitkan adalah saat kita lagi happy banget tapi justru nggak ada sat pun tema untuk membagi kebahagiaan tersebut.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Kakek, apakah cinta itu memberi, seperti yang selalu Kakek lakukan saat memberi makan ayam – ayam?”
“Tidak. Karena kau selalu bisa memberi tanpa sedikitpun memiliki perasaan cinta, tetapi kau takkan pernah bisa mencintai tanpa selalu memberi.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

 “Ya, cinta seperti hantu. Semua orang membicarakannya, tetapi sedikir sekali yang benar – benar pernah melihatnya.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Kakek, apakah cinta itu seperti musik?”
 “Ya. Ia seperti musik, tetapi cinta sejati akan membuatmu selalu menari meskipun musiknya telah lama berhenti.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Kakek, dari kota manakah cinta datang?”
 “Tidak ada yang tahu, Sayang. Cinta sejati datang begitu saja, tanpa satu alasan apapun yang jelas!”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Apakah cinta sejati itu? Apakah ia sebentuk perasaan yang tidak bisa dibagi lagi? Apakah ia sejenis kata akhir sebuah perasaan? Tidak akan bercabang? Tidak akan membelah diri lagi? Titik? Penghabisan? Bukankah lazim seseorang jatuh cinta lagi padahal sebelumya sudah berjuta kali bilang ke pasangan – pasangan lamanya, “Ia adalah cinta sejatiku!”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Kakek apakah cinta sesejuk air sungai ini?”
“Ya. Cinta sejati memang seperti air sungai, sejuk menyenangkan, dan terus mengalir. Mengalir terus ke hilir tidak pernah berhenti. Semakin lama semakin besar karena semakin lama semakin banyak anak sungai yang bertemu. Begitu juga cinta, semakin lama mengalir semakin besar batang perasaannya.”
“Kalau begitu ujung sungai ini pasti ujung cinta itu?”
“Cinta sejati adalah perjalanan, Sayang. Cinta sejati tak pernah memiliki tujuan.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Kakeknya berbohong. Cinta tidak seperti air sungai, sejuk, dan menyenangkan. Baginya, sekarang cinta lebih sepert moncong meriam. Sesaat lalu melontarkannya tinggi sekali hingga ke atas awan, tetapi sekejap kemudian menghujamkannya dalam – dalam ke perut bumi.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Tidak seperti waktu, relativitas nasib sudah diterjemahkan dengan maju oleh manusia di seluruh muka bumi melalui ukuran tertentu, yang sayang sekali ukuran tersebut mutlak berasal dari kesepakatan mereka.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya

 “Percayalah, hal yang paling menyakitkan di dunia bukan saat kita lagi sedih banget tapi nggak ada satupun teman untuk berbagi. Hal yang paling menyakitkan adalah saat kita lagi happy banget tapi justru nggak ada satu pun teman untuk membagi kebahagiaan tersebut.”
-Tere Liye, Berjuta Rasanya 

“..., kehidupan ini tak selalu memberikan kita pilihan terbaik. Terkadang yang tersisa hanyalah pilihan-pilihan berikutnya. Orang yang bahagia selalu berpegangan pada pilihan kedua yang terbaik, selalu berpegangan pada pilihan kedua yang terbaik…. Melupakan pilihan pertama yang tak pernah bisa kau capai… ...”
 -Tere Liye, Berjuta Rasanya

“Untuk kita, yang terlalu malu walau sekadar menyapanya, terlanjur bersemu merah, dada berdegup lebih kencang, keringat dingin di jemari, bahkan sebelum sungguhan berpapasan.
Untuk kita, yang merasa tidak cantik, tidak tampan, selalu merasa keliru mematut warna baju dan pilihan celana, jauh dari kemungkinan menggapai cita-cita perasaan.
Untuk kita, yang hanya berani menulis kata-kata dalam buku harian, memendam perasaan lewat puisi-puisi, dan berharap esok lusa dia akan sempat membacanya.
Semoga datanglah pemahaman baik itu. Bahwa semua pengalaman cinta dan perasaan adalah spesial. Sama spesialnya dengan milik kita, tidak peduli sesederhana apapun itu, sepanjang dibungkus dengan pemahaman-pemahaman baik.”

-Tere Liye, Berjuta Rasanya


3. Sepotong Hati Yang Baru



“Kau tidak harus minta maaf. Meskipun seharusnya kau tahu, sehari setelah kau memutuskan pergi, aku telah membujuk hatiku agar tegar. Tetapi percuma. Menyakitkan. Semua itu membuat sesak. Kalimat itu mungkin benar, ada seseorang dalam hidupmu yang ketika ia pergi, maka ia juga membawa sepotong hatimu. Alysa, kau pergi. Dan kau bahkan membawa lebih dari separuh hatiku.” 
-Tere Liye, Sepotong Hati Yang Baru

"Kau tahu, saat itu akhirnya aku menyadari, aku tidak akan pernah bisa melanjutkan hidup dengan hati yang hanya tersisa separuh. Tidak bisa. Hati itu sudah rusak, tidak utuh lagi. Maka aku memutuskan membuat hati yang baru. Ya, hati yang benar-benar baru.
-Tere Liye, Sepotong Hati Yang Baru

“Cinta bukan sekedar memaafkan. cinta bukan sekedar soal menerima apa adanya. cinta adalah harga diri. cinta adalah rasionalitas sempurna.
Jika kau memahami cinta adalah perasaan irasional, sesuatu yang tidak masuk akal, tidak butuh penjelasan, maka cepat atau lambat, luka itu akan kembali menganga. kau dengan mudah membenarkan apapun yang terjadi di hati, tanpa tahu, tanpa memberikan kesempatan berpikir bahwa itu boleh jadi karena kau tidak mampu mengendalikan perasaan tersebut. tidak lebih, tidak kurang.
Kenangan indah bersamamu akan kembali memenuhi hari-hariku entah hingga kapanpun. Itu Benar. Membuatku sesak. Tapi aku tidak akan membiarkan hidupku kembali dipenuhi harapan hidup bersamamu. Sudah cukup.Biarlah sakit ini menemani hari-hariku.
Biarlah aku menelannya bulat-bulat sambil sempurna menumbuhkan hati yang baru, memperbaiki banyak hal, memperbaiki diri sendiri. Apa pepatah bilang? ah iya, patah hati tetap sombong, patah-hati tetap keren.
-Tere Liye, Sepotong Hati Yang Baru
 
“Ada seseorang dalam hidupmu yang ketika ia pergi, maka ia juga membawa sepotong hatimu.”
-Tere Liye, Sepotong Hati Yang Baru

"Wanita yang bisa membuat kue adalah wanita yang cantik dan baik hatinya. Karena kue yang enak selalu dihasilkan dari proses ketelatenan, kesabaran, dan penuh perasaan. itu kata Mama"
-Tere Liye, Sepotong Hati Yang Baru

"......Karena orang-orang sakit hati lazimnya tidak lagi mencintai kehidupan dunia ini. Ia tidak menginginkan singgasana. Ia tidak menginginkan tumpukan emas. Ia hanya ingin sendiri dengan seluruh luka di hati...."
".....Membuang jauh seluruh kecintaan akan dunia. kesedihan yang terkendali sungguh bisa menjadi kekuatan tiada tara. Kesedihan yang terkendali bisa membuat hati bersih, hati yang siap menerima kabar baik....."
-Tere Liye, Sepotong Hati Yang Baru

"buat apa cinta jika kau tidak percaya padaku. Buat apa sayang jika kau terus berprasangka yang bukan-bukan."
-Tere Liye, Sepotong Hati Yang Baru

"....cinta yang besar, tanpa disertai komitmen dan kepercayaan, maka ia hanya akan menelan diri sendiri."
-Tere Liye, Sepotong Hati Yang Baru


4. Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“Cinta adalah perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah adalah omong kosong.” 
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

 “Berasumsi dengan perasaan, sama saja dengan membiarkan hati kau diracuni harapan baik, padahal boleh jadi kenyataannya tidak seperti itu, menyakitkan.”

-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

  “Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan gumpal perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan gilau kepala ikan, suka mesin. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpal perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita bersarkan, terus menggumpal membesar. Coba saja kau cuekin, kau lupakan, maka gumpal cinta itu juga dengan cepat layu seperti kau bosan makan gulai kepala ikan.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“Cinta itu macam musik yang indah. Bedanya, cinta sejati akan membuatmu tetap menari meskipun musiknya telah lama berhenti.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“perasaan adalah perasaan, meski secuil, walau setitik hitam di tengah lapangan putih luas, dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit, kehilangan selera makan, kehilangan semangat, hebat sekali benda bernama perasaan itu, dia bisa membuat harimu berubah cerah dalam sekejap padahal dunia sedang mendung, dan di kejap berikutnya mengubah harimu jadi buram padahal dunia sedang terang benderang”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“Jika dia memutuskan untuk pergi menjauh, itu berarti sudah saatnya kau memulai kesempatan baru. Percayalah, jika dia memang cinta sejati kau, mau semenyakitkan apa pun, mau seberapa sulit liku yang harus dilalui, dia tetap akan bersama kau kelak, suatu saat nanti. Langit selalu punya skenario terbaik. Saat itu belum terjadi, bersabarlah. Isi hari-hari dengan kesempatan baru. Lanjutkan hidup dengan segenap perasaan riang.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“Cinta sejati selalu menemukan jalan, Borno. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirudung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Tidak usahlah kau gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“Sejatinya, rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi kau pamer-pamerkan. Semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan itu semakin hambar, jangan-jangan kita mengatakannya hanya karena untuk menyugesti, bertanya pada diri sendiri, apa memang sesuka itu".”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“Ketika situasi memburuk, ketika semua terasa berat dan membebani, jangan pernah merusak diri sendiri.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

  “Langit selalu punya skenario terbaik. Saat itu belum terjadi, bersabarlah. Isi hari-hari dengan kesempatan baru. Lanjutkan hidup dengan segenap perasaan riang.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“..., terkadang dalam banyak keterbatasan, kita harus bersabar menunggu rencana terbaik datang, sambil terus melakukan apa yang bisa dilakukan.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“Alangkah banyaknya pencinta yang justru berusaha tampil hebat, keren, gagah, sampai dia lupa menjadi dirinya sendiri.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah rasa suka itu semakin besar, atau semakin memudar.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“Cinta sejati selalu datang pada saat yang tepat, waktu yang tepat, dan tempat yang tepat. Ia tidak pernah tersesat sepanjang kalian memiliki sesuatu. Apa sesuatu itu? Tentu saja bukan GPS, alat pelacak, dan sebagainya, sesuatu itu adalah pemahaman yang baik bagaimana mengendalikan perasaan.”
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

“.... Kuberitahu kau sebuah rahasia kecil. Dalam urusan ini, sembilan dari sepuluh kecemasan muasalnya hanyalah imajinasi kita. Dibuat-buat sendiri, dibesar-besarkan sendiri.
-Tere Liye, Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah

  
5. Rindu


“Lepaskanlah. Maka besok lusa, jika dia cinta sejatimu, dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali, maka sederhana jadinya, itu bukan cinta sejatimu. Hei, kisah-kisah cinta di dalam buku itu, di dongeng-dongeng cinta, atau hikayat orang tua, itu semua ada penulisnya.
Tetapi kisah cinta kau, siapa penulisnya? Allah. Penulisnya adalah pemilik cerita paling sempurna di muka bumi. Tidakkah sedikit saja kau mau meyakini bahwa kisah kau pastilah yang terbaik yang dituliskan.” 
-Tere Liye, Rindu


“Cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan dihadapi. Berdiri gagah. Mulailah dengan damai menerima masa lalumu. Buat apa dilawan? Dilupakan? Itu sudah menjadi bagian dari hidup kita. Peluk semua kisah itu. Berikan dia tempat terbaik dalam hidupmu. Itulah cara terbaik mengatasinya. Dengan kau menerimanya, perlahan-lahan dia akan memudar sendiri. Disiram oleh waktu, dipoles oleh kenangan baru yang lebih bahagia.
Apakah mudah melakukannya? Itu sulit. Tapi bukan berarti mustahil.”
 
-Tere Liye, Rindu   

“Apakah cinta sejati itu? Maka jawabannya, dalam kasus kau ini, cinta sejati adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tulus kau melepaskannya...Aku tahu kau akan protes, bagaimana mungkin? Kita bilang cinta itu sejati, tapi kita justru melepaskannya? Tapi inilah rumus terbalik yang tidak pernah dipahami oleh pecinta. Mereka tidak pernah mau mencoba memahami penjelasannya.”   
-Tere Liye, Rindu  

“Apakah cinta sejati itu? Maka jawabannya, dalam kasus kau ini, cinta sejati adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tulus kau melepaskannya...Aku tahu kau akan protes, bagaimana mungkin? Kita bilang cinta itu sejati, tapi kita justru melepaskannya? Tapi inilah rumus terbalik yang tidak pernah dipahami oleh pecinta. Mereka tidak pernah mau mencoba memahami penjelasannya.”  
-Tere Liye, Rindu

“Berhenti lari dari kenyataan hidupmu. Berhenti cemas atas penilaian orang lain, dan mulailah berbuat baik sebanyak mungkin.”   
-Tere Liye, Rindu

  “Tidak selalu orang lari dari sesuatu karena ketakutan atau ancaman. Kita juga bisa pergi karena kebencian, kesedihan, ataupun karena harapan.”

-Tere Liye, Rindu

“Saat kita tertawa, hanya kitalah yang tahu persis apakah tawa itu bahagia atau tidak. Boleh jadi, kita sedang tertawa dalam seluruh kesedihan. Orang lain hanya melihat wajah. Saat kita menangis pun sama, hanya kita yang tahu persis apakah tangisan itu sedih atau tidak. Boleh jadi kita sedang menangis dalam seluruh kebahagiaan. Orang lain hanya melihat luar.”  
-Tere Liye, Rindu

“Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Itu kehidupan kita. Tidak perlu siapa pun mengakuinya untuk dibilang hebat. Kitalah yang tahu persis setiap perjalanan hidup yang kita lakukan. Karena sebenarnya yang tahu persis kita bahagia atau tidak, tulus atau tidak, hanya kita sendiri. Kita tidak perlu menggapai seluruh catatan hebat menurut versi manusia sedunia. Kita hanya perlu merengkuh rasa damai dalam hati kita sendiri.
Kita tidak perlu membuktikan apa pun kepada siapa pun bahwa kita itu baik. Buat apa? Sama sekali tidak perlu. Jangan merepotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain. Karena toh, kalaupun orang lain menganggap kita demikian, pada akhirnya tetapi kita sendiri yang tahu persis apakah kita memang sebaik itu.”
 
-Tere Liye, Rindu

“Karena Allah menjanjikan barang siapa yang menutup aib saudaranya, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Itu janji yang hebat sekali. Kalaupun ada saudara kita yang tetap membahasnya, mengungkitnya, kita tidak perlu berkecil hati. Abaikan saja. Dia melakukan itu karena ilmunya dangkal. Doakan saja semoga besok lusa dia paham.”  
-Tere Liye, Rindu


“Kita keliru sekali jika lari dari sebuah kenyataan hidup. Sungguh, kalau kau berusaha lari dari kenyataan itu, kau hanya menyulitkan diri sendiri. Ketahuilah semakin keras kau berlari, maka semakin kuat cengkeramannya. Semakin kencang kau berteriak melawan, maka semakin kencang pula gemanya memantul, memantul, dan memantul memenuhi kepala.”  
-Tere Liye, Rindu


"....jangan pernah merusak diri sendiri. Kita boleh benci atas kehidupan ini. Boleh kecewa. Boleh marah. Tapi ingatlah nasihat lama, tidak pernah ada pelaut yang merusak kapalnya sendiri. Akan dia rawat kapalnya, hingga dia bisa tiba di pelabuhan terakhir. Maka, jangan rusak kapal kehidupan milik kita, hingga dia tiba di pelabuhan terakhirnya.”  
-Tere Liye, Rindu


“Lahir dan mati adalah takdir Allah. Kita tidak mampu mengetahuinya. Pun tiada kekuatan bisa menebaknya. Kita tidak bisa memilih orangtua, tanggal, tempat...Tidak bisa. Itu hak mutlak Allah. Kita tidak bisa menunda, atau memajukannya walau sedetik.” 
-Tere Liye, Rindu


3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Suka bgt sama kutipan-kutipannya :)

    BalasHapus
  3. emang keren2 kutipan novel tere liye saya pembaca setianya Novelrw

    BalasHapus