Senin, 13 Juli 2015

Ia, Gunung Es dan Kamu, Gunung Merapi

ini merupakan tulisannya Nadhira Arini yang gue kutip dari blog nya www.nadhiraarini.com


Ia, Gunung Es dan Kamu, Gunung Merapi

Apa yang bisa kau lakukan, ketika pria yang kamu suka karakternya seperti Gunung Es? Dia dingin, tidak berekspresi, jarang bicara jika tidak perlu, bahkan susah ditebak jalan pikirnya. Layaknya gunung es, kaku dan susah ditembus hatinya?

Dan apa yang akan terjadi, jika karaktermu sendiri seperti Gunung Merapi? Kamu hangat bahkan cenderung panas. Selalu terlihat ceria, cenderung berapi-api jika bersemangat, ekspresif, ramah dengan orang lain, mudah masuk ke lingkungan baru dan seperti mudah ditebak suasana hatinya?

Pernahkah ini terjadi kepadamu? Kalian berdua ntah bagaimana dipertemukan Tuhan dengan suatu cara ajaib-Nya? Pria itu dingin sekali dan kamu panas sekali. Kamu terlalu ekspresif sehingga terkesan seperti Gunung Merapi yang meletus hebat. Apalagi ketika kamu marah, letusannya besar sekali, sehingga dapat mengguncang orang-orang disekelilingmu. Sedangkan pria ini, karena karakter tenang dan dinginnya, mampu membuat lava panas yang ada dalam dirimu tiba-tiba menjadi dingin? Hanya beberapa kalimat yang keluar dari mulutnya mampu membuat amarahmu reda? Pernahkah kamu merasakan seperti itu?

Dan kamu, pria yang karakternya seperti Gunung Es…
Pernahkah kamu menyukai wanita berkarakter seperti Gunung Merapi?
Selalu ceria terlihat mata, ia ekspresif sekali. Sedih terlihat, marah terlihat, ketika sedang senangpun bisa dengan mudahnya tertangkap oleh matamu?
Seakan-akan ia mampu melelehkan balok-balok es yang ada di hatimu. Kamupun menghangat, tidak sedingin sebelumnya. Tanpa sadar, kamu mulai banyak mengeluarkan kata. Tanpa kamu sadar, kamu tidak sependiam sebelumnya. Dan orang-orang terdekatmu mulai merasa bahwa kamu tidak seseram dirimu yang dahulu, mulai banyak tersenyum karena tertular senyumnya. Mulai bisa berekspresi, karena kamu banyak belajar darinya. Pernahkah kamu merasa seperti itu?

Untukmu, wanita berkarakter Gunung Merapi…
Kamu akhirnya sadar, bahwa matanya yang dingin seperti es mulai mencair. Sifatnya yang kaku, mulai melunak. Jalan pikirnya yang sulit ditebak, sekarang bisa kamu tebak hanya dengan sekali kamu melihat matanya. 
Pada akhirnya kamu mengetahui bahwa ia tidak sedingin orang bilang. Dan pada akhirnya kamu terkejut, bahwa ia begitu hanya kepadamu seorang. Karakternya yang dingin masih berlaku ke banyak orang. Tapi tidak kepadamu. Ia mulai mencair, Gunung Es itu mulai mencair.

Sayangnya, banyak kejadian yang memperparah keadaan. Karena sifatmu yang ramah, keceriaanmu yang menular, kamu tanpa sadar menawan banyak pria. Banyak yang terpesona kepadamu, banyak yang ingin memilikimu. Dan pria itu pada akhirnya tahu. 

Mungkin pada akhirnya, pria ini akhirnya sadar. Hatinya sudah mencair terlalu jauh disaat dirinya belum siap mendampingimu. Benteng pertahanan yang selama ini ia bangun susah payah, sudah runtuh terlalu parah karena bertemu denganmu. Kamu tak tahu, betapa fatal akibatnya kehadiranmu di dalam hatinya. Betapa susahnya ia merapikan semuanya kembali ke sediakala.

Ia tahu, sampai saat ini, hanya kamulah yang sanggup mencairkan hatinya. Tetapi ia juga tahu, kamu belum halal baginya. Kamu belum tentu miliknya. Ia sadar, betapa bagus kualitas pria yang ingin menjadikanmu sebagai istrinya. Sedangkan ia belum apa-apa. Ia tak ingin membuatmu merana. Karena mungkin menurutnya, hanya dengan cinta saja tak akan cukup membawamu ke surga. 

Ia ingin menjaga hatinya dulu dan ia juga ingin menjaga hatimu. Maka ia menetapkan hatinya, untuk menjauhimu perlahan. Nanti sampai ia selesai mempersiapkan semuanya. Mungkin nanti ketika ia sudah siap dan kamu masih sendiri, ia akan datang kembali. Mungkin ya, mungkin…Semuanya masih mungkin. 

Dan kamu melihatnya, kembali seperti sediakala. Sinar matanya yang sempat mencair, kini berubah kembali sedingin es. Dia kembali diam, tak banyak bicara. Jika memang ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, kata-kata itu tajam. Setajam es berbentuk panjang yang menghujam tajam ke dasar hatimu yang terdalam. Dan kamu hanya bisa tersentak dalam diam.

Memang sudah sepantasnya, setiap orang harus menjaga diri. Tinggalkanlah rasa yang memang belum sepantasnya ada di hati. Rasa sakit itu pasti ada. Tapi ingatlah, Allah selalu punya rencana. Biarkanlah ia menyusun benteng-benteng pertahanan hatinya dengan dinginnya salju di sekeliling wilayah hatinya kembali. Biarkanlah ia sendiri, jangan dekati dia lagi.

Dan biarkanlah hatimu kembali dibentengi dengan lava panas disekelilingnya. Selama belum ada yang sanggup mendinginkannya kembali, biarkanlah ia meletup-letup panas tanpa ada yang mengganggu. Pada saatnya Allah juga pasti akan membuat lava panas dihatimu mendingin dengan sendirinya. Ntah dia yang berhasil mendinginkannya kembali atau orang lain yang melakukannya.

Suatu saat, ketika kamu melihat salju untuk pertama kalinya…
Kamu akan tahu bahwa salju ini sama seperti hatinya, dingin.
Ia biarkan hatinya membeku, tak mau disentuh cinta yang meluluhkan hatinya.

Ia biarkan dirinya membeku, berusaha untuk tidak menyisakan ruang dihatinya untukmu.
Sengaja ia biarkan kata-katanya keluar tajam layaknya es yang menembus kalbumu.
Ia ingin kamu menjauh untuk sementara waktu, pergi berlalu tanpa kembali mengarah kepadanya.

Kamu tahu pasti, ketika tanpa sengaja menatap matanya…
Dibalik binar matanya yang terluka, kamu bisa menangkap dengan jelas kata-kata yang tidak bisa dilukiskan oleh suara :
“Nanti. Nanti ketika Allah memang mentakdirkanmu menjadi Gunung Merapiku, kubiarkan kau, semaumu, melelehkan hatiku. Sekarang belum saatnya. Biarkan aku dengan kesendirianku. Sekarang, pergilah kau berlalu. Biarkan aku memandangmu dari jauh dengan caraku. Jangan berbalik arah, teruslah maju ke depan. Sampai ketika Allah bilang saatnya tiba, aku yang akan berlari mengejarmu dan memelukmu dari belakang, mencari kehangatan hatimu. Tapi tidak sekarang, aku mohon. Tolonglah aku, biarkan aku memperbaiki diriku dahulu.“

Dan pada akhirnya, kamupun memutuskan untuk pergi berlalu. Tanpa harapan panjang bahwa suatu saat nanti ia akan menjadi pendamping hidupmu. Harapanmu berhenti sudah. Suatu saat nanti, hatinya yang dingin pasti luluh kembali. Bisa jadi wanita dengan karakter Gunung Merapi lainnya yang meluluhkan hatinya atau bisa jadi memang kamulah sang Gunung Merapi itu. 

Tunggu saja. Waktu di mana Gunung Es runtuh karena meleleh dan waktu di mana Gunung Merapi berhenti meletus mengeluarkan lava panasnya. 


source: http://www.nadhiraarini.com/2015/07/ia-gunung-es-dan-kamu-gunung-merapi.html#more

Tidak ada komentar:

Posting Komentar